1. Paniki
Anda berlibur ke Manado, jangan lupa untuk mencicipi paniki. Paniki ini menggunakan bahan dasar daging kelelawar pemakan buah atau kalong. Paniki ini dapat dimasak dengan kuah santan kelapa yang dimasak dengan berbagai rempah seperti bawang merah, bawang putih, cabai, sereh, jahe dan sebagainya. Paniki ini memiliki rasa pedas yang lezat dengan aroma yang khas dan juga wangi. Paniki ini sangat nikmat bila dimasak bersama nasi panas. Selain dimasak kuah santan, di Manado kalong juga dapat dijadikan sate, digoreng dengan bumbu, ataupun dimasak dengan cabe hijau. Pengolahannya tak berbeda jauh dengan mengolah daging ayam pada umumnya. Selain rasanya lezat, daging kelelawar juga tergolong makanan yang menyehatkan.
2. Kawok
Manado memang juaranya untuk wisata kuliner aneh! Kawok adalah makanan khas Manado yang berbahan dasar tikus hutan ekor putih. Ekor putih dari tikus inilah yang membedakannya dengan tikus rumah atau tikus got yang menjijikkan. Jadi Klikers tak perlu khawatir karena bukan sembarang tikus yang dimasak. Tikus hutan ekor putih ini banyak didapat di pohon-pohon saguer (enau). Kawok ini diolah dengan cara daging tikus tanpa ekor dibumbui dengan racikan batang bawang, kemangi, sereh, cabe, goraka, daun lemon, kunyit , kepala santan. Kawok juga dapat dimasak rica-rica. Dagingnya sangat lembut, lebih lembut dari daging ayam. Rasanya enak dan bakalan membuat Anda ketagihan.
3. Sate kuda
Agak aneh bila membayangkan kuda yang biasa kita lihat sedang berlarian di kawasan ITB lalu dijadikan sate. Lebih baik jangan dibayangkan. Lol. Sekilas, daging kuda mirip dengan daging kerbau. Hanya saja, daging kuda berwarna merah dan bebas lemak sehingga lebih menyehatkan. Sate kuda memiliki rasa yang mirip sate kambing, hanya saja tanpa bau prengus seperti yang biasa tercium pada daging kambing. Citarasanya manis karena biasanya disajikan dengan sambal kecap. Sate kuda dipercaya dapat mengobati penyakit asma, rematik, dan meningkatkan stamina. Sate kuda cukup mudah ditemukan di Yogyakarta. Bahan bakunya sendiri biasanya berasal dari tempat pemotongan kuda di daerah Bantul. Namun ada juga yang menggunakan daging kuda dari Sumbawa.
4. Keripik teripang
Keripik teripang merupakan salah satu cemilan khas Madura. Anda tahu teripang? Teripang (atau haisom) adalah hewan laut tak bertulang belakang (invertebrata) yang memiliki bentuk seperti mentimun. Karena itu teripang sering dijuluki sebagai mentimun laut. Teripang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, kaya protein dan rendah lemak. Kandungan nutrisi dalam teripang tersebut dapat mengikat jaringan dalam pertumbuhan dan kulit, mampu memulihkan penyakit-penyakit sendi dan membangun kembali tulang rawan, menghambat proses penuaan, menurunkan kolesterol, serta efektif melawan virus. Keripik teripang ini selain menyehatkan juga memiliki rasa yang enak, gurih, dan renyah.
5. Rempeyek laron
Dulu, sehabis hujan besar reda, saya kerap melihat hewan-hewan bersayap beterbangan mengelilingi lampu. Yah, itulah laron! Namun laron ternyata dapat diolah menjadi rempeyek, lho! Rempeyek adalah sejenis keripik dari tepung beras yang dibumbui. Rempeyek laron ini rasanya sangat gurih, ditambah lagi laron memiliki kandungan protein yang tinggi. Bagi Anda yang belum pernah menyantap rempeyek laron, sebaiknya jangan langsung menyantap banyak-banyak pada saat pertama kali mencobanya karena rempeyek laron ini dapat menyebabkan alergi gatal-gatal bagi beberapa orang.
6. Rujak cingur
Rujak cingur adalah salah satu makanan tradisional khas Surabaya. Penganan ini dinamakan rujak cingur karena salah satu bahan bakunya adalah mulut atau moncong sapi yang direbus dan dicampurkan dalam hidangan (dalam bahasa Jawa, cingur artinya mulut). Bahan-bahan lain yang digunakan adalah buah-buahan seperti timun, bengkuang, mangga muda, nanas, kedondong, juga ditambah lontong, tahu, tempe, bendoyo, cingur, kecambah, kangkung, dan kacang panjang. Semua bahan ini dicampur dengan bumbu olahan petis udang, gula merah, cabai, kacang tanah goreng, bawang goreng, garam, dan irisan pisang klutuk. Rujak cingur biasanya disajikan dalam alas daun pisang dan dinikmati bersama kerupuk.
7. Sate Bekicot
Sate bekicot atau yang juga dikenal sebagai sate nol dua (02) merupakan salah satu kuliner khas Kabupaten Kediri. Bekicot yang didapat dari peternak bekicot lalu direbus sampai matang. Setelah itu, bekicot dipisahkan dari cangkangnya dengan cara cangkang dipukul hingga pecah. Daging bekicot lalu dicuci bersih dan diiris-iris menjadi beberapa bagian. Irisannya lalu ditusukkan pada tusuk sate kemudian direndam dalam bumbu. Bumbu yang dipakai antara lain: bawang putih, merica, kecap manis, cuka. Setelah bumbu meresap, sate bekicot ini lalu dipanggang dan disajikan dengan bumbu kacang.
8. Belalang goreng
Belalang goreng merupakan penganan khas Gunung Kidul dan sangat mudah ditemui di rumah makan di sepanjang ruas jalan di Gunung Kidul. Belalang sangat mudah ditemukan pada masa musim penghujan. Penduduk setempat biasanya menangkap belalang dengan menggunakan galah yang telah diberi lem. Belalang ini dibersihkan dari sayap, kaki-kaki, dan kotorannya, dicuci bersih, lalu direndam dengan berbagai bumbu selama sekitar 15 menit, baru kemudian digoreng. Rasanya renyah dan gurih. Belalang goreng ini dapat disantap bersama nasi tiwul, plus sambal dan berbagai lalapan. Belalang goreng ini juga dapat dinikmati sebagai camilan. Belalang goreng ini sangat berkontribusi pada kegiatan perekonomian Gunung Kidul.
9. Bothok tawon
Bothok adalah salah satu jenis makanan tradisional Jawa yang awalnya terbuat dari bungkil/ampas kelapa yang dibumbui dengan cabai, garam, merica, daun salam, lalu dibungkus dengan daun pisang dan dikukus (mirip pepes). Bothok ini dapat dimodifikasi dengan menggunakan berbagai bahan lainnya, misalnya petai cina, tempe, ikan teri, bahkan dengan menggunakan tawon. Bothok tawon ini diolah dengan menggunakan larva lebah muda yang masih berada di dalam sarangnya. Larva lebah ini direbus dahulu agar lilin sarang terpisah dari larva. Ternyata tawon pun dapat diolah menjadi makanan lezat, ya! Bothok tawon ini dapat Anda nikmati saat Anda berkunjung ke pedesaan di daerah Jawa Timur.
10. Ulat sagu
Nah, untuk kuliner aneh dari Indonesia yang satu ini, mungkin Anda sudah akan geli duluan saat melihat penampilannya. Ulat sagu ini merupakan makanan khas masyarakat Papua dan Nusa Tenggara Barat. Ulat sagu ini biasanya didapat dari batang pohon sagu. Ukurannya kira-kira sebesar ibu jari. Ulat sagu ini dapat dimakan mentah-mentah, namun bisa juga direbus atau dibakar seperti sate dan dimakan dengan sambal. Rasanya gurih dan juicy. Ulat sagu juga bergizi dan mengandung protein, asam amino, dan bebas kolesterol. Bagaimana? Berani mencoba ulat sagu?
0 Komentar