Apa arti sebuah nama,
demikian ucapan yang sering kita dengar mengambil dari seorang pujangga dunia
Shakespare. Walaupun hanya sebuah nama, ternyata nama memberi arti penting bagi
setiap etnis yang hidup di sekitar sentra durian. Demikian penting arti sebuah
nama bagi durian, tidak hanya memberi atribut yang menggambarkan kualitas dan
performance dari durian kebanggaannya, bahkan menggambarkan harapan bagi si
pemilik durian.
Lima tahun yang lalu
ketika saya eksplorasi durian di Banten, seorang penunjuk jalan menceritakan
bagaimana pentingnya memberi nama pada setiap pohon durian bagi etnis setempat.
Kalau kita ingin memiliki durian yang berkualitas, kita harus member nama
durian kita, kata beliau berikutnya. Saya fikir ini agak terbalik dari
pemahaman saya bahwa durian yang baik akan diberi nama untuk memudahkan
menyebutnya. Beliau melanjutkan ceritanya lagi, etnis banten memberi nama pada
durian sesuai dengan hal-hal yang dialami pada saat akan memberi nama. Sebagai
contoh ketika akan memberi nama melihat ada pesawat melintas, maka diberi nama
durian Kapal, bila yang dilihat anak gadis yang cantik maka duriannya diberi
nama durian Geulis. Ada pula durian Potret, karena si pemilik melihat seorang
wisatawan memotret duriannya.
Tidak jauh berbeda
cara memberi nama durian di etnis Minangkabau. Kebanyakan memberi nama sesuai
lingkungan tempat tumbuh tanaman seperti durian Parak Kopi karena tumbuh di
kebun kopi (parak=kebun), durian Lereng atau Tebing karena tumbuh di lereng
bukit dan tebing. Sehingga kita akan menemui tanaman yang berbeda dengan nama
yang sama karena tumbuh di lingkungan yang sejenis. Ada juga memberi nama untuk
menghargai nama atau gelar leluhurnya seperti contoh durian Lenggang Kamang
atau durian Datuk Sati. Juga nama berdasarkan kejadian yang unik seperti durian
Sahalai Sarawa (=selembar celana) karena harga satu durian cukup untuk ditukar
dengan sebuah celana. Dan orang lainpun yang memiliki durian yang bagus dan
berukuran besar akan member nama sahalai sarawa dengan harapan dapat dijual
semahal yang aslinya. Tidak beda pula mereka juga memberi nama berdasarkan
tampilan buah miliknya, contohnya durian Taba (=tebal) karena berdaging tebal,
durian Kampih (=kempes) karena memiliki biji kempes, dll.
Memberi nama
berdasarkan bentuk dan tampilan buah sangat umum di Sumatera Selatan, sehingga
banyak sekali disini yang diberi nama durian Tembaga karena warnanya yang
kuning tembaga, Kepala Rusa karena berbentuk seperti kepala rusa. Dan yang
paling umum adalah durian Bantal, karena ternyata banyak sekali durian yang
memiliki bentuk seperti bantal bulat lonjong. Sedangkan yang paling terkenal
dari bentuk bantal adalah durian Bantal mas dari Muara Enim. Ada lagi nama yang
sangat populer yang menunjukkan atribut ukuran yang besar yaitu durian Bakul,
karena dalam satu bakul, keranjang yang dipakai untuk membawa durian, hanya
dapat terisi satu atau dua saja, sehingga diumpamakan besarnya seperti bakul.
Tidak jauh berbeda
penduduk Sumatera Utara, mereka member nama durian berdasarkan bentuk dan warna
daging buah. Durian yang unggul di daerah ini tidak jauh namanya dari durian
Emas, yang menggambaran atribut warna daging buah yang keemasan dengan rasa
yang pulen. Juga durian jantung yang memiliki bentuk seperti jantung, yang
dianggap durian yang paling baik mutunya. Dan nama-nama lain yang menggambarkan
atribut buah seperti Kucing Titun karena bentuknya yang seperti kucing tidur.
Mengingatkan kita pada nama yang mirip di Madura yaitu durian Se Koceng (=Si
kucing).
Lain ladang-lain
belalang, lain tempat lain pula cara memberi nama durian. Etnis Dayak di
Katingan, Kalimantan Tengah memberi nama durian kebanyakan berhubungan dengan
bentuk daging durian dalam satu juring yang mirip udang tidur yang biasa mereka
tangkap dari sungai. Dengan bentuk melengkung dengan ruas-ruas pongge dan
warnanya yang kuning mirip sekali dengan udang sungai yang masak. Tak heran
banyak sekali nama durian Udang, Undang atau Otak undang disetiap tempat di
daerah ini. Disamping nama yang biasa diberikan seperti durian Emas untuk
durian yang kuning tua dan durian Belunek untuk durian yang berdaging tebal dan
lunak.
Sedangkan di
Kalimantan Timur, pemberian nama didominasi dengan nama daerah dimana durian
tumbuh. Contohnya adalah durian Selisun yang tumbuh di kampung Selisun, durian
Aji Kuning berasal dari desa Aji Kuning. Demikian juga durian Lae Mahakam yang
berasal dari tepi sungai Mahakam, dll.
Bagi penduduk Papua
sangat tabu memberi nama durian dengan nama pemiliknya. Karena mereka
berpendapat bahwa tanaman adalah pemberian alam untuk manusia, sehingga tidak
selayaknya member nama dengan nama pemiliknya. Bila ini dilakukan seolah-olah
mau menguasai pemberian alam. Umumnya mereka member nama sesuai dengan atribut
yang ditampilkan buah, sebagai contoh yang paling umum adalah durian Mentega
karena memiliki warna daging yang kuning dan lembut berlemak seperti mentega.
Durian susu yang memiliki warna putih susu dengan rasa yang gurih dan creamy. Ada
durian Gajah yang berukuran besar, durian Juring Panjang yang memiliki bentuk
buah lonjong, dan durian Duri Panjang karena berduri lebih panjang dari
rata-rata durian yang lain. Ada juga durian Krakbum, karena duriannya besar,
kalau jatuh mengeluarkan suara krak ketika diatas dan bunyi bum ketika mengenai
tanah. Ini juga mengingatkan nama durian dari kalteng Gantar Bumi yang bila
jatuh menggetarkan bumi karena ukurannya yang besar.
0 Komentar