Mengesampingkan masalah mental dan segala rumor
soal konflik di ruang ganti, pelatih Juventus, Massimiliano Allegri, punya alasan taktis
yang masuk akal sebagai sebab timnya kalah telak dari Real Madrid di final
Liga Champions musim lalu.
"Ketika kami mengalahkan Madrid dua musim sebelumnya, situasinya
sungguh berbeda. Kami punya banyak opsi [di dalam skuat] dan kami bisa mengubah
jalannya laga di paruh kedua. Musim ini [2016/17] kami menjalaninya dengan satu
gaya bermain. Kemudian berubah dengan andalkan empat penyerang. Kami melakukan
itu selama berbulan-bulan, karena memang tak ada [pemain] alternatif. Saya tak
memperhitungkan cedera parah Marko Pjaca, Perannya sangat menentukan untuk
mengubah laga, terutama di babak knock-out. Tidak memilikinya,
sungguh membuat empat penyerang utama benar-benar menderita dan harus
membayarnya di final," ungkap Allegri, seperti dikutip Sky
Sport Italia.
Musim lalu Juve memang memulai musim dengan formasi andalan 3-5-2,
memaksimalkan potensi BBC di lini belakang. Namun skema lawas itu membuat
permainan Si Nyonya Tua makin lama jadi makin pragamatis dan dinilai tak cocok
untuk bertanding di Eropa.
elain itu potensi beberapa pilar seperti Miralem
Pjanic, Juan Cuadrado, hingga Mario Mandzukic tak tereksploitasi dengan baik.
Allegri kemudian mengubahnya jadi 4-2-3-1, yang krusial dalam raihan Scudetto
keenam beruntun, hat-trick Coppa Italia, dan menembus final Liga Champions.
"Formasi ini membuat kami jadi terasa lebih Eropa," tutur Leonardo
Bonucci yang kini sudah hijrah ke AC Milan, pada Mediaset Premium.
Terutama di lini depan. Berkomposisi satu penyerang utama yang
didampingi dua winger dan satu gelandang serang
yang bisa bertransisi jadi penyerang kedua, empat pemain yang tersedia untuk
mengisi pos tersebut benar-benar dikuras habis selama paruh kedua musim oleh
Allegri.
Gonzalo Higuain yang mengisi pos penyerang utama tak punya cadangan,
seperti halnya Paulo Dybala yang jadi pendampingnya. Mario Mandzukic lakoni peran
eksperimen sebagai winger kiri dan tak miliki
pelapis. Sementara Juan Cuadrado di sisi kanan, hanya memiliki Dani Alves
sebagai alternatif yang dipakasa bermain menyerang. Itulah mengapa Allegri
menyebut kehadiran Pjaca amat krusial, karena dirinya bisa mengisi semua posisi
yang dibutuhkan, kecuali sebagai penyerang utama.
Higuain, Dybala, Mandzukic, dan Cuadrado memang mampu tampil
eksepsional. Namun fisik mereka juga memiliki batas dan seperti kata Allegri,
segalanya harus dibayar saat final Liga Champions. Pelatih asal Livorno itu
bahkan sempat membuat Stefano Sturaro yang aslinya gelandang perusak
menjadi winger.
Mario Lemina yang punya
posisi natural sebagai gelandang pembagi bola, dipaksa melapis Dybala.
Sementara Alves, seperti sudah disebutkan, jadi pelapis Cuadrado sehingga
hadirkan lubang di pos kanan pertahanan.
Memahami kebutuhan Allegri di sektor penyerangan
dalam formasi 4-2-3-1, apa yang dilakukan para juru transfer Juve di bursa
musim panas sejauh ini bisa dibilang tepat sasaran. Dua pemain ofensif-versatil
dengan profil tinggi diboyong. Adalah Douglas Costa dan Federico Bernardeschi, lewat
banderol €80 juta yang secara cerdas dibayar dalam jangka tiga tahun.
Dua pemain saja mungkin tak cukup secara kuantitas dan mungkin akan
semakin sempurna jika transfer Patrik Schick tak dibatalkan. Namun dampak yang
dihadirkan berpotensi sangat signifikan, seturut kesanggupan mereka
mengisi banyak peran di lini depan.
Costa dan Bernardeschi memiliki posisi murni sebagai winger, nama
pertama cenderung memerankannya di sisi kiri dan nama terakhir di sisi kanan.
Keduanya diproyeksikan langsung menembus tim inti, untuk menggantikan Mandzukic
dan Cuadrado. Salah satu alasan utama adalah karena kreativitas Costa dan
Bernardeschi yang dinilai lebih tinggi.
Musim lalu Costa dan Bernardeschi sukses mengoleksi
rerata 2 dribel sukses dan 1,5 umpan kunci per laga. Statistik itu
mengungguli Mandzukic, Cuadrado, apalagi Pjaca yang hanya bermain setengah
musim. Selain itu kedua penggawa anyar tersebut juga mampu melapis langsung pos
Dybala, spesifik sebagai gelandang serang.
Dengan adanya Costa dan Bernardeschi, Mandzukic
jadi bisa kembali ke posisi naturalnya sebagai penyerang utama melapis Higuain
secara kompetitif. Tentu tak jadi masalah pula jika dalam beberapa kesempatan,
dirinya kembali jadi winger kiri yang dilakoninya
dengan sangat baik musim lalu.
Cuadrado yang dikenal inkonsisten akan semakin terpacu meningkatkan
kualitasnya, karena tekanan Costa dan Bernadeschi. Sementara Dybala jadi bisa
banyak beristirahat, terutama jelang partai-partai penting karena miliki dua
pelapis sekaligus, dalam diri dua pemain baru tersebut.
Jangan lupakan pula Pjaca yang akan sangat berguna jika nanti sudah
pulih dari cedera, karena selain kompetitif sebagai winger, pemain
internasional Kroasia itu juga bisa melapis Dybala. Apalagi situasi yang ada
bakal menuntutnya memenuhi ekspektasi, karena digadang-gadang sebagai
calon winger terbaik Eropa.
Situasi tersebut jelas jadi kemewahan tersendiri untuk Allegri, tapi
juga bisa hadirkan kebimbangan hebat untuk menentukan siapa yang layak
jadi starter. Mumpung musim 2017/18 belum dimulai, sang juru
taktik wajib temukan formula terbaik guna maksimalkan potensi daya gedor
Juve untuk hasilkan dampak yang dahsyat.
0 Komentar